Kebijakan dan Pendidikan Bahasa Indonesia akan Dirancang untuk Penuhi Kebutuhan di ASEAN

Jakarta, 8 Desember 2020 --- Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Quality Improvement for Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language (SEAQIL) menyelenggarakan seminar regional bertajuk “Language Policy and Language Education in Indonesia” secara daring pada 8 – 9 Desember 2020. SEAQIL merupakan bentuk kerja sama negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dalam bidang bahasa dan berkantor di Indonesia.
 
Direktur SEAMEO QITEP in Language, Luh Ani Mayani mengatakan, webinar ini bermanfaat bagi seluruh negara ASEAN untuk mengetahui apa saja bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah. “Kami ingin meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan pengajaran guru di sekolah-sekolah. Agar program-progam yang kita buat bisa sesuai kebutuhan guru dan siswa di ASEAN,” jelasnya pada sambutan yang disampaikan secara virtual, Selasa (8/12).
 
Senada dengan itu, Deputi Direktur Administrasi dan Komunikasi Sekretariat SEAMEO, Kritsachai Somsaman mengutarakan harapannya agar diskusi ini dapat menghasilkan banyak informasi kritis yang akan menguatkan kebijakan-kebijakan yang sudah ada terkait pendidikan bahasa.
 
Kritsachai menilai, pandemi telah membawa para ahli berkumpul dan berpikir bersama untuk menciptakan better normal, atau kenormalan yang lebih baik. “Saya harap, pendidikan bahasa bisa lebih cepat tanggap merespon kebutuhan siswa, serta guru dapat mengajar lebih fleksibel,” tegas Kritsachai.  
 
Kepala Biro Kerja sama dan Hubungan Masyarakat, Evy Mulyani, yang mewakili Sekretaris Jenderal Kemendikbud Ainun Na`im pada sambutannya menekankan pentingnya pendidikan bahasa. Evy menyampaikan perlunya penguatan identitas ASEAN dengan mengajarkan bahasa negara-negara ASEAN kepada peserta didik. “Kita harus menguatkan wilayah ASEAN melalui bahasa. Semoga webinar SEAQIL ini menghasilkan rekomendasi-rekomendasi kebijakan pendidikan bahasa yang berguna untuk Asia Tenggara,” harap Evy.
 
Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bidang Bahasa, Kemendikbud, Luizah F. Saidi mengatakan bahwa pendidikan bahasa di tengah globalisasi, sangat penting, apalagi globalisasi membawa keragaman yang tak terelakkan.
 
“Pada 2020, Kemendikbud mendorong kebijakan Guru dan Kepala Sekolah Penggerak, di samping terus menggiatkan pengembangan profesional bagi guru. Kami juga terus bermitra dengan berbagai pemangku kepentingan untuk pengembangan pendidikan bahasa,” ujar Luizah.
 
Peran bahasa sebagai medium pembelajaran amat  penting dirasakan para pelaku pendidikan, termasuk Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Penutur negara-negara ASEAN setidaknya menggunakan dua bahasa dalam kehidupan sehari-hari, yaitu bahasa lokal atau asing dan bahasa resmi nasional.