Menilik Adaptasi Perguruan Tinggi di Masa Pandemi Covid-19

Jakarta, Kemendikbud --- Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan Seminar Hasil Penelitian Tahun 2020. Kegiatan yang dilaksanakan pada 7-9 Desember 2020 secara daring dan luring mengangkat tema “Kebijakan Berbasis Bukti untuk Memperkuat Kemerdekaan Belajar dan Ketahanan Budaya di Masa Pandemi”.
 
Dalam sebuah sesi, seorang peneliti mengangkat tema “Adaptasi Perguruan Tinggi di Masa Pandemi Covid-19”. Dalam kelompok tema ini, menghadirkan Budi Kadaryanto (Universitas Lampung), Wahyu Kustiningsih (Universitas Gajah Mada) dan M. Falikul Isbah (Universitas Gajah Mada) sebagai para penyaji peneliti.
 
Peneliti pertama dari Universitas Lampung, Budi Kadaryanto memaparkan hasi temuannya yang berjudul “Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi Covid-19; Sistem Penjaminan Mutu”. Menurut Budi, hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah belum adanya standar baku penjaminan mutu pembelajaran jarak jauh di perguruan tinggi akibat dampak dari Covid-19.
 
Budi menjelaskan hal-hal yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud, yaitu melakukan pemantauan implementasi pembelajaran daring, menyediakan platform pembelajaran daring, melakukan capacity building, memberikan insentif percepatan dan perluasan implementasi pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan melakukan standarisasi nasional PJJ (menyusun Permendikbud Standar Nasional PJJ).
 
Dari hasil temuannya, Budi juga menekankan adanya variasi implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). “Jika dilihat dari sini, belum ada standar baku yang dapat dijadikan acuan untuk menjamin mutu pembelajaran jarak jauh,” tegas Budi.
 
Selain itu, Budi juga menyusun rekomendasi bagi Ditjen Dikti dan perguruan tinggi. “Pemerintah perlu mendorong kolaborasi antar perguruan tinggi, mendorong pembinaan antar perguruan tinggi, maupun antara perguruan tinggi dengan mitra eksternal, ini semua untuk mengembangkan sistem dan mutu pembelajaran jarak jauh di perguruan tinggi,” lanjut Budi.
 
Kedua peneliti selanjutnya yang bernama Wahyu Kustiningsih dan M. Falikul Isbah merupakan peneliti dari Universitas Gajah Mada. Wahyu memaparkan hasil temuannya yang berjudul “Memetakan Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Lulusan Baru Perguruan Tinggi di Indonesia”. Hasil temuannya menunjukkan bahwa pekerjaan impian para lulusan baru perguruan tinggi adalah pada sektor pendidikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti gaji tetap, hubungan kerja tetap, dan status sosial.
 
“Selain dari sektor itu, pekerjaan impian lainnya adalah hal yang berhubungan dengan perdagangan, bisnis, dan ritel, lalu disusul dengan hal yang menyangkut teknologi komputer dan internet,” kata Wahyu.
 
Peneliti terakhir, M. Falikul Isbah menjelaskan hasil penelitiannya yang berjudul “Mengeksplorasi Praktik Baik (Best Practices) Lulusan Baru Perguruan Tinggi dalam Menavigasi Transisi Kepemudaan di Masa Pandemi”. Falikul mengatakan bahwa sebelum pandemi, mencari pekerjaan bagi lulusan universitas bukanlah sebuah perkara yang mudah. Saat situasi pandemi Covid-19, tentunya menambah kesulitan dalam mencari pekerjaan.
 
Falikul menegaskan bahwa sedikitnya lowongan kerja dan pembatasan mobilitas akibat pandemi telah melipatgandakan kesulitan mendapatkan pekerjaan dan memulai usaha. “Fresh graduate tentunya berupaya beradaptasi dengan berbagai cara, sambil tetap menggenggam pekerjaan impian mereka,” tegas Falikul.
 
Adapun rekomendasi yang ditawarkan oleh Falikul mengenai penekanan paradigma Kampus Merdeka yaitu agar perguruan tinggi lebih terbuka pada hal-hal baru untuk dipelajari. Ia menjelaskan, perguruan tinggi perlu menambah intensitas perjumpaan dan exposure mahasiswa dengan dunia luar. “Perguruan tingi perlu memfasilitasi tumbuh kembang ruang-ruang bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi hard skillssoft skills, dan civic skills di dalam kampus,” tutup Falikul. ***(Ammar.G/Denty.A/Aline.R)